
Setelah itu, seorang ayah dibolehkan memberikan nama kepada si buah hati pada saat ia dilahirkan atau pada hari ketujuh.
Dari Abu Musa Al Asy’ari radhiyallaahu anhu, ia berkata; “Telah lahir anak laki-laki bagiku, lalu aku membawanya kepada Nabi shallallaahu alaihi wasallam, kemudian beliau memberinya nama Ibrahim. Lalu beliau mentahniknya dengan sebuah kurma dan mendo’akan keberkahan baginya. Kemudian beliau menyerahkannya kembali kepadaku” (HR. Bukhari no. 5467, 6198 dan Muslim no. 2145)
Sangat dianjurkan untuk memberikan nama seorang anak dengan nama yang baik, indah dan dicintai Allah Ta’ala bagi si buah hati.
Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam bersabda;
إِنَّ أَحَبَّ أَسْمَائِكُمْ إِلَى اللهِ: عَبْدُ اللهِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ
“Sesungguhnya nama kalian yang paling dicintai Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman”. (HR. Muslim no. 2132)
Kemudian pada hari ketujuh, disunnahkan bagi kedua orang tua untuk meng’aqiqahi anaknya, mencukur rambutnya dan diberikan nama.








