Mencintai Rasulullah yang Benar dan Tidak Berlebihan

Raudhah di masjid Nabawi. (Foto: Net)

Anas bin Malik Radhiyallahu anhu berkata, “Sebagian orang berkata kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah, wahai orang yang terbaik di antara kami dan putera orang yang terbaik di antara kami! Wahai sayyid kami dan putera sayyid kami’. Maka seketika itu juga Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda;

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قُوْلُوْا بِقَوْلِكُمْ وَلاَ يَسْتَهْوِيَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ، أَنَا مُحَمَّدٌ، عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ، مَا أُحِبُّ أَنْ تَرْفَعُوْنِيْ فَوْقَ مَنْزِلَتِي الَّتِيْ أَنْزَلَنِيَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ.

“Wahai manusia, ucapkanlah dengan yang biasa (wajar) kalian ucapkan!. Jangan kalian terbujuk oleh syaithan, aku (tidak lebih) adalah Muhammad, hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku tidak suka kalian mengangkat (menyanjung)ku di atas (melebihi) kedudukan yang telah Allah berikan kepadaku”. (HR. Ahmad: III/153, 241, 249)

Baca Juga:  Olahraga Apa yang Baik Saat Menjalankan Puasa?

Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam membenci jika orang-orang memujinya dengan berbagai ungkapan seperti ‘Engkau adalah sayyidku atau engkau adalah orang yang paling agung di antara kami’.

Padahal sesungguhnya beliau adalah makhluk yang paling utama dan paling mulia secara mutlak. Meskipun demikian, beliau melarang mereka agar menjauhkan mereka dari sikap melampaui batas dan berlebih-lebihan dalam menyanjung hak beliau, juga untuk menjaga kemurnian tauhid mereka.(*)