
Mencintai dunia berarti menjadikan dunia sebagai tujuan dan menjadikan amal dan ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang seharusnya menjadi sarana menuju kepada-Nya dan negeri akhirat berubah menjadi kepentingan dunia. Sehingga ia membalik persoalan dan memutar kebijaksanaan.
Mencintai dunia membuat manusia tidak sempat melakukan sesuatu yang bermanfaat baginya di akhirat akibat kesibukannya dengan dunia. Cinta dunia menjadikan dunia sebagai cita-cita terbesar manusia.
Pecinta dunia adalah orang yang paling banyak disiksa karena dunia. Ia disiksa di dunia dalam bentuk usaha, kerja keras untuk mendapatkannya, dan perebutan dengan sesama pecinta dunia, lalu disiksa di alam kubur dan disiksa pada hari kiamat.
Pecinta dunia lebih mengutamakan dunia daripada akhirat adalah orang yang paling bodoh dan tertipu. Sebab, ia lebih mengutamakan khayalan daripada kenyataan, lebih mengutamakan harta yang pasti binasa dan menukar kehidupan yang abadi berupa negeri akhirat.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata;
مُحِبُّ الدُّنْيَا لَا يَنْفَكُّ مِنْ ثَلَاثٍ : هَمٌّ لَازِمٌ ، وَتَعَبٌ دَائِمٌ ، وَحَسْرَةٌ لَا تَنْقَضِى.
“Pecinta dunia tidak akan terlepas dari tiga hal; kesedihan (kegelisahan) yang terus-menerus, keletihan yang berkelanjutan, dan penyesalan yang tidak pernah berhenti. (Ighatsatul Lahafan: I/87-88).(*)








