
Tahun 1998, dia mendapat beasiswa Fulbright untuk kuliah S2 di School of Media and Public Affairs, George Washington University. Merantau ke Washington DC bersama Yayi, istrinya yang juga wartawan Tempo-adalah mimpi masa kecilnya yang menjadi kenyataan.
Sambil kuliah, mereka menjadi koresponden TEMPO dan wartawan VOA.[2] Berita bersejarah seperti peristiwa 11 September 2001 dilaporkan mereka berdua langsung dari Pentagon, White House dan Capitol Hill.
Tahun 2004, jendela dunia lain terbuka lagi ketika dia mendapatkan beasiswa Chevening untuk belajar di Royal Holloway, University of London untuk bidang film dokumenter. Penyuka fotografi[3] ini pernah menjadi Direktur Komunikasi di sebuah NGO konservasi: The Nature Conservancy.[4]
Ia adalah cucu Buya H. Sulthani Abdullah Dt. Rajo Dubalang, ketua Persatuan Tarbiyah Islamiyah periode 1930-1931, dan Buya Sulaiman Katik Indo Marajo.
Pendidikan:
- KMI Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo (1988-1992)[5]
- Program Pendidikan Internasional, Canada World Youth, Montreal, Kanada (1995-1996)
- National University of Singapore, Singapura (studi satu semester, 1997)
- Universitas Padjadjaran, Indonesia, S.IP dalam Hubungan Internasional, (September 1997)
- The George Washington University, Washington DC, M.A. dalam Media and Public Affairs (Mei 2001)
- Royal Holloway, Universitas London, Inggris, M.A. dalam Media Arts, (September 2005)








