
Hasan Mustapa menerimanya dengan berbagai syarat diantaranya agar ia dipindahkan langsung ke Priangan segera setelah ada lowongan. Selama lebih kurang dua setengah tahun menjadi Penghulu Besar Aceh, Hasan Mustapa memberikan laporan-laporan itu, sekarang tersimpan di perpustakaan Universitas Kerajaan di Leiden, Belanda.
Tahun 1895, Hasan Mustapa dipindahkan dan diangkat menjadi Penghulu Besar Bandung sampai pensiun (1918). Selama menjadi penghulu besar di Bandung sampai setelah pensiun ia banyak menulis karangan dalam bahasa Sunda dan juga dalam bahasa Jawa, baik berupa prosa maupun puisi.
Tapi kecuali bukunya tentang adat Sunda dan kemudian beberapa buku kecil yang disunting oleh Wangsaatmadja (yang antara 1923-1930 menjadi sekretarisnya), kebanyakan karyanya tidak pernah diterbitkan sebagai buku.
Saluran yang dipakainya untuk menyebarkannya adalah saluran naskah Islam tradisional, yaitu dengan melalui saling salin. Sekretarisnya di Kantor Kepenghuluan Wangsadireja membuat salinan karangan-karangannya itu untuk dikirimkan kepada Hurgronje di Leiden dan sampai sekarang disimpan di perpustakaan Universitas Leiden.
Sekitar tahun 1900 ia menulis lebih dari 10.000 bait Dangding yang mutunya dianggap sangat tinggi oleh para pengeritik sastra Sunda, umumnya membahas masalah Suluk, terutama membahas hubungan antara hamba (kaula) dengan Tuhan (Gusti). Hasan Mustapa meninggal dunia di Bandoeng, pada tahun 1930.(*)