
Dari perenungan panjang hingga terpengaruh oleh sikap anaknya, Herman Halim mulai memutuskan mebuka hatinya untuk menerima ajaran Islam secara kaffah.
“Jadi, saya masuk Islam itu pada tanggal 27 Agustus 2004. Lebih dahsyatnya lagi, saat saya bersyahadat di Masjid Ceng Hoo Surabaya, itu disaksikan oleh banyak orang,” cerita Herman Halim beberapa waktu lalu sebelum meninggal dunia.
Bahkan, saat bersyahadat, ia tidak ditemani keluarga besarnya. Memang, ia akui sebelum masuk Islam dan ketika dirinya memberitahu keluarga ingin masuk Islam. Ia malah ditentang dan mendapat kritikan serta sindiran. Akan tetapi, kritik dan sindiran yang diberikan keluarganya tidak secara frontal.
“Saya itu berangkat ke sana (Masjid Ceng Hoo) itu sendiri. Alhamduillahnya, teman saya di PITI Masjid Ceng Hoo banyak. Jadi, sudah dipersiapkan. Bahkan, Pak Ali Markus, memberikan selamat ketika saya sudah bersyahadat,” katanya sambil tersenyum lepas.
Memang, ia katakan, dirinya sudah mengenal Islam selam enam tahun lalu. Itu, katanya, berangkat mulai suka membaca buku-buku agama.








