Malcolm X

Malcolm X
Malcolm X. (Foto: Net)

Di penjara, Malcolm X menjadi anggota Nation of Islam dan setelah pembebasan bersyaratnya pada tahun 1952, ia dengan cepat naik menjadi salah satu pemimpin organisasi tersebut.

Selama belasan tahun Malcolm X adalah cerminan dari kelompok yang kontroversial itu, namun kekecewaannya terhadap ketua Nation of Islam, Elijah Muhammad membuatnya meninggalkan organisasi tersebut pada Maret 1964.

Setelah perjalanannya mengunjungi negara-negara di Afrika dan Timur Tengah, ia kembali ke Amerika Serikat, di mana ia mendirikan Muslim Mosque, Inc. dan Organisasi Persatuan Afro-Amerika. Pada bulan Februari 1965, kurang dari setahun setelah meninggalkan Nation of Islam, dia dibunuh oleh tiga orang anggota kelompok tersebut.

Baca Juga:  Bambang Permadi Brodjonegoro

Keyakinan Malcolm berubah secara substansial dari waktu ke waktu. Sebagai juru bicara Nation of Islam, ia mengajarkan supremasi kulit hitam dan memperjuangkan pemisahan kulit hitam dan putih, berbeda dengan penekanan gerakan hak-hak sipil yang lebih cenderung kepada integrasi antara warga kulit putih dan hitam.

Pada bulan April 1964, Malcolm X memulai perjalanan hajinya ke Mekkah yang diwajibkan terhadap semua Muslim yang mampu dengan terbang ke Jeddah, Arab Saudi, tetapi kedatangannya di sana sempat tertahan karena ia berkewarganegaraan AS dan ketidakmampuannya untuk berbicara bahasa Arab, menyebabkan statusnya sebagai seorang Muslim dipertanyakan.