Muhammad Ustman Ansori

Muhammad Ustman Ansori atau Koko Liem. (Foto: Net)

Pasalnya, setiap hari Minggu ia juga harus tetap ke vihara untuk belajar agama Buddha dan mendapatkan nilai agama itu, yang kemudian diserahkan ke pihak sekolah. Saat mengikuti agama Islam, Koko Liem sangat terkesan dengan kisah Nabi Ibrahim alaihissalam.

Kegundahan mulai merasuki batin Koko Liem. Setelah berkonsultasi kepada kakaknya Muhammad Abdul Nashir (Liem Hai Seng) yang lebih dulu masuk Islam, akhirnya ia memutuskan untuk menjadi muallaf ketika naik kelas kelas 3 SMP.

Baca Juga:  Halimah Yacob

Setelah masuk Islam, kehidupan Koko Liem tak serta merta membaik. Justru sebaliknya, ia harus pindah dari Dumai ke Duri, Riau. Sebab, ayahnya sangat marah dan mengusirnya dari rumah. Sejak itu ia diasuh oleh seorang ulama Riau bernama KH. Ali Muchsin.

Pengasuh Pondok Pesantren Jabal Nur di Kandis, Riau itulah yang mendorong tekadnya untuk menjadi da’i. Kemana pun Ali Muchsin berdakwah, putra aktivis Kelenteng Buddha yang bermata sipit dan berkulit putih itu berusaha untuk bisa mengikutinya. Koko sangat senang mendengarkan gurunya itu memberikan materi ceramah.

Baca Juga:  Hakeem Olajuwon

Latar belakang pendidikan formal Koko Liem diawali di SD 14 Dumai Barat, Riau, SMP Islam Mutiara Duri Riau pada 1995. Untuk mewujudkan niatnya terjun ke jalur dakwah, Koko Liem melanjutkan pendidikannya ke Pondok Pesantren Daar El Qolam, Balaraja Banten sejak 1995 hingga 1999.