Murad Wilfried Hofmann

Murad Wilfried Hofmann. (Foto: Net)

Pada tanggal 11 September 1980, di Bonn, setelah lama ia rasakan pergolakan pemikiran dalam dirinya yang makin mendekatkan dirinya kepada keimanan, dengan terharu ia mengungkapkan dalam memoarnya (pergolakan pemikiran): “Aku harus menjadi seorang Muslim!”. Maka pada tanggal 25 September 1980, di Islamic Center Colonia, ia mengucapkan dua kalimat syahadat.

Ia memilih nama baru bagi dirinya yaitu “Murad”. Muhammad Asad, seorang Muslim Austria, yang sebelumnya bernama Leopold Weist, dalam pengantarnya terhadap memoar Murad Hoffman, yang telah diterbitkan dalam bahasa Indonesia dengan judul ‘Pergolakan Pemikiran’.

Baca Juga:  Nejoud Al Mulaik

Lebih jauh menjelaskan makna filosofis nama tersebut: “Murad artinya ‘yang dicari’, dan pengertiannya yang lebih luas adalah ‘tujuan’, yaitu tujuan tertinggi hidup Willfred Hoffman.”

Murad Hoffman telah menulis beberapa buku tentang Islam. Pada tahun 1985, ia menulis memoarnya yang diterbitkan pada bahasa Inggris pada tahun 1987, dalam bahasa Perancis pada tahun 1990, dalam bahasa Arab pada tahun 1993, dan dalam bahasa Indonesia pada tahun 1998 (dengan judul Pergolakan Pemikiran: Catatan Harian Muslim Jerman).

Baca Juga:  Mahmood Madani

Bukunya yang menggegerkan; Der Islam als Alternative, juga telah diterbitkan dalam edisi bahasa Inggris dan bahasa Arab pada tahun 1993. Annie Marie Schimmel dengan hangat memberikan kata pengantar dalam buku tersebut.