
Ia belajar dari mereka sebuah konsep Islam yang penting bahwa “ketengahan” ( wasaĊ£ ), berada di tengah, bahkan sejak kecil, tidak harus berarti “ketengahan”, terpecah belah atau goyah, tetapi dapat menjadi posisi yang kokoh dan menguntungkan yang darinya seseorang dapat melihat kedua sisi dengan lebih jelas.
Arebi menjelaskan bahwa citra positif wasaĊ£ ini meluas ke posisi keilmuannya di antara dua wacana dan dua peradaban, dan melambangkan tujuannya untuk membawa kedua dunia ini menuju pemahaman bersama.(*)








