
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُمْ بِالْحَقِّ
“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar”. (QS. Al Kahfi: 13)
Kisah-kisah yang terkandung dalam Al Qur’an adalah kisah yang paling bermanfaat. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ ۗ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَىٰ وَلَٰكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”. (QS. Yusuf: 111)
Siapa saja yang meyakini bahwa semua kisah-kisah dalam Al Qur’an dan yang disampaikan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam adalah benar, maka itu akan memberikan pengaruh besar pada perbaikan dan pembinaan diri.
Syaikh Salim bin Ied Al Hilali mengatakan bahwa tujuan dihadirkan kisah-kisah para Nabi adalah untuk memberikan pelajaran kepada kaum Mu’minin sepanjang masa, agar menjadi bekal bagi para pengikut mereka yang jujur dan ikhlas. (Shahih Qashashil Anbiya, hlm. 5)
Para Nabi dan para da’i sejak dahulu telah mengambil pelajaran dari kisah-kisah umat terdahulu untuk terus memenuhi jiwa mereka dan meneguhkan hati mereka.(*)