Abu Sufyan Bin Harb, Sang Sahabat Sekaligus Mertua Rasulullah

Abu Sufyan Bin Harb, Sang sahabat sekaligus mertua Rasulullah. (Foto: Net)

Lalu Rasulullah lewat bersama battalion Anshar. Abu Sufyan memanggil beliau, “Wahai Rasulullah, apakah Anda diperintahkan membunuh kaummu sendiri? Saad mengatakan bahwa ia akan memerangi kami.” Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf mengatakan, “Wahai Rasulullah, Saad merasa tidak tenang sebelum ia menyerang Quraisy.” Bisa jadi ini dikarenakan apa yang telah dilakukan Quraisy terhadap Rasulullah. Dan Saad bin Ubadah adalah seorang Anshar yang sangat menyayangi Rasulullah.

Rasulullah berkata pada Abu Sufyan, “Abu Sufyan, hari ini adalah hari yang haram. Dan pada hari ini, Allah muliakan orang-orang Quraisy.” Lalu Nabi mengambil panji perang dari tangan Saad dan menyerahkannya pada anaknya, Qais bin Saad bin Ubadah.

Baca Juga:  Kisah Keberanian Busr Bin Arthat Melawan Musuh

Di antara istri Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah Ummu Habibah Ramlah binti Abu Sufyan. Saat belum memeluk Islam, Abu Sufyan pernah datang ke Kota Madinah. kedatangannya dalam rangka meminta maaf kepada Rasulullah karena orang-orang Quraisy melanggar salah satu klausul Perjanjian Hudaibiyah. Mereka memerangi orang-orang Khuza’ah yang merupakan sekutu Rasulullah di Mekah.

Abu Sufyan datang dalam ingin memperbarui lagi perjanjian yang telah ternodai itu. Ia pun mengunjungi rumah putrinya, Ummu Habibah. Berharap agar sang putri melobi suaminya. Sampai di rumah putrinya, ternyata putrinya punta mengizinkan sang ayah duduk di karpet rumahnya. Karena karpet itu adalah karpetnya Rasulullah. Sementara ayahnya masih dalam keadaan musyrik.

Baca Juga:  Arwa Binti Abdul Muthalib, Bibi Rasulullah yang Jarang Dikenal

Sifat Abu Sufyan yang membuatnya menjadi pemimpin Quraisy;

Pertama: Ia memiliki kecerdasan, ketenangan, dan visi yang baik dalam membaca situasi. Hal itu bisa terlihat dari strateginya saat berhasil menghindarkan kafilah dagang Quraisy dari sergapan kaum muslimin di Perang Badr.