Abu Sufyan Bin Harb, Sang Sahabat Sekaligus Mertua Rasulullah

Abu Sufyan Bin Harb, Sang sahabat sekaligus mertua Rasulullah. (Foto: Net)

Kedua: Keberanian. Hal ini terlihat di Perang Hunain. Saat kaum muslimin kocar-kacir di awal perang, Abu Sufyan tidak gentar. Tetap kokoh di medan tempur.

Ketiga: Berkarakter sebagai leader. Ia tidak senang terlihat rendah diri. Ia senang orang-orang bernaung dengannya. Karakter ini terlihat saat penaklukkan Kota Mekah. Dan Nabi tidak mencelanya karena sifat ini.

Keempat: pelit. Pelit di sini bukan berarti ia tidak suka berderma. Hanya saja, ia mau mengeluarkan hartanya kalau pamornya semakin meningkat. Sifat ini adalah sifat masyarakat jahiliyah secara umum. Lalu Islam datang meluruskannya. Menjadikan kedermawanan mereka karena Allah semata.

Baca Juga:  Kisah Perang Nakhlah dan Turunnya Ayat Bulan Haram

Sejarawan berbeda pendapat tentang tahun wafat Abu Sufyan. Ada yang menyebutkan bahwa ia wafat tahun 31 H. Ada pula yang berpendapat tahun 32 H. Dan ada pula yang menyatakan ia wafat di tahun 34 H. Saat itu Utsman bin Affan yang mengimami shalat jenazahnya.(islamstory.com)