
Hadits ini menggambarkan tentang pahala jihad dan bagaimana keberanian Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Wafat di medan perang bukanlah kematian yang ringan. Wafat di medan perang adalah kematian yang memakan waktu, berhadapan dengan sesuatu yang menakutkan, melihat darah terkucur, dan rasa sakit yang tidak sesaat. Tapi beliau berani melakukannya. Dan berharap pahala besar dari amalan jihad.
Mendengar hadits ini, dan semangatnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam memperjuangkan Islam dan mendapatkan pahalanya, Harun al-Rasyid menangis tersedu-sedu. Anda baru saja membaca hadits tersebut. Bagaimana perasaan Anda? Apakah pada bacaan pertama Anda, Anda merasakan apa yang dirasakan Harun al-Rasyid? Anda mengalami seperti apa yang ia alami? Dari sini, barulah kita bisa membedakan antara cinta kita dengan Rasulullah dan hadits beliau, beda dengan cintanya Harun Al Rasyid kepada Nabi dan haditsnya.
Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Asakir dari Ibnu Aliyah, ia berkata, “Harun Al Rasyid menangkap seorang zindiq (yang rusak akidahnya). Ia memerintah agar si zindiq ini dipenggal. Si zindiq ini berkata kepada Harun, “Engkau tidak akan memenggal kepalaku.” “Aku akan membuat orang-orang terhenti dari ulah burukmu”, jawab Harun.
Si Zindiq ini berkata lagi:
فأين أنت من ألف حديث وضعتها على رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم كلها ما فيها حرف نطق ب
“Apa yang bisa kau lakukan terhadap 1000 hadits yang telah kupalsukan atas nama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Semua hurufnya telah terucapkan.” Ia menakuti Harun, kalau dia mati siapa yang bakal menunjukkan hadits-hadits palsu yang telah beredar itu. Karena dia yang membuat, dia pulalah yang tahu mana ucapan-ucapannya.
Tapi Harun Al Rasyid dtidak menggubris tawarannya. Dengan percaya diri ia menjawab,
فأين أنت يا عدو الله من أبى إسحاق الفزارى وعبد الله بن المبارك ينخلانها فيخرجانها حرفا حرف
“Apakah kau tidak tahu wahai musuh Allah tentang keahlian Abu Ishaq Al Fazari dan Abdullah bin Al Mubarak? Mereka akan menelitinya dan menilainya huruf per huruf.”