
Sesampainya di Bashrah, rakyat Bashrah ternyata sudah ciut nyalinya untuk berhadapan dengan Hajjaj. Hajjaj kembali mengancam orang-orang Khawarij di kota itu agar tidak membuat onar dan kembali menaati khalifah.
Hajjaj berhasil menuntaskan banyak pergolakan yang terjadi di wilayah Irak, seperti pemberontakan Abdurrahman bin Al Asy’ats yang dibaiat menjadi khalifah oleh penduduk Irak. Awalnya Ibnu Al Asy’ats tidak menginginkan menjadi khalifah, ia hanya tidak senang dengan perlakuan Hajjaj yang teramat zalim, namun situasi kian memanas, dan orang-orang pun membaiatnya menjadi khalifah. Akibat peperangan Hajjaj dan Abdurrahman bin Al Asy’ats ini, ribuan jiwa tewas.
Berbiacara tentang kezaliman dan kekejaman Hajjaj, hal itu adalah sesuatu yang tak terbantahkan, ia sangat mudah menumpahkan darah orang yang tak bersalah. Kekejamannya itu menyebabkan beberapa panglima perangnya membelot karena tidak tahan menerima perintah yang menzalimi kelompok tertentu. Namun pada masanya juga ada masa-masa perbaikan.
Setelah pergolakan di Irak dapat ia atasi, ia mulai mewujudkan pembangunan fisik di Irak. Pembangunan kantor-kantor, fasilitas umum dan kesehatan. Sungai-sungai di Irak yang kala itu tidak memiliki jembatan, dibuatkan Hajjaj jembatan untuk mempermudah masyarakat.
Hajjaj juga membuat bendungan untuk menampung air hujan, nantinya bendungan tersebut digunakan untuk kebutuhan masyarakat dan para musafir. Sedangkan daerah-daerah yang jauh dari bendungan diperintahkan menggali sumur.








