
Orang Anshar itu berkata: “Siapkanlah makananmu itu! Nyalakanlah lampu, dan tidurkanlah anak-anak kalau mereka minta makan malam!” Kemudian, wanita itu pun menyiapkan makanan, menyalakan lampu, dan menidurkan anak-anaknya. Dia lalu bangkit, seakan hendak memperbaiki lampu dan memadamkannya. Kedua suami-istri ini memperlihatkan seakan mereka sedang makan.
Setelah itu mereka tidur dalam keadaan lapar. Keesokan harinya, sang suami datang menghadap Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, Beliau bersabda: “Malam ini Allah tertawa atau ta’ajjub dengan perilaku kalian berdua.
Lalu Allah ta’alaa menurunkan ayat-Nya, (yang artinya): dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al Hasyr: 9) (HR. Bukhari: 3798)
Bagaimanapun pengorbanan dan keikhlasan kaum Anshar membantu saudaranya, namun permasalahan kaum Muhajirin ini tetap harus mendapatkan penyelesaian, agar mereka tidak merasa sebagai benalu bagi kaum Anshar.
Di sinilah tampak nyata pandangan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang cerdas dan bijaksana. Beliau shallallahu alaihi wasallam kemudian mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dengan kaum Anshar.(*)
Bersambung…








