Kisah Persaudaraan Kaum Muhajirin dan Anshar yang Menakjubkan (1)

Persaudaraan kaum Muhajirin dan Anshar. (Foto: Net)

MOESLIM.ID | Agama Islam menyatakan bahwa seluruh kaum muslimin adalah bersaudara sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Ta’ala yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara.” (QS. Al Hujurat: 10)

Konsekuensi dari persaudaraan itu, maka Islam mewajibkan kepada umatnya untuk saling tolong-menolong dalam al haq. Namun yang menjadi fokus pembicaraan kita kali ini bukan persaudaraan yang bersifat umum ini, tetapi persaudaraan yang bersifat khusus antara kaum Muhajirin dengan kaum Anshar.

Persaudaraan antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar yang dideklarasikan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memiliki konsekuensi lebih khusus bila dibandingkan dengan persaudaraan yang bersifat umum.

Baca Juga:  Musailamah Al Kadzab Dedengkotnya Nabi Palsu

Saat kaum Muhajirin berhijrah ke Madinah tidak membawa seluruh harta. Sebagian besar harta mereka ditinggal di Makkah, padahal mereka akan menetap di Madinah. Ini jelas menjadi problem bagi mereka di tempat yang baru.

Terlebih lagi, kondisi Madinah yang subur sangat berbeda dengan kondisi Makkah yang gersang. Keahlian mereka berdagang di Makkah berbeda dengan mayoritas penduduk Madinah yang bertani.

Tak pelak, perbedaan kebiasaan ini menimbulkan permasalahan baru bagi kaum Muhajirin, baik menyangkut ekonomi, sosial kemasyarakatan, dan juga kesehatan.

Baca Juga:  Ketekunan Imam Syafi’i Dalam Mencari Ilmu dan Menghafal Al Qur'an