Mu’adz Bin Jabal, Dicintai Rasulullah dan Fuqahanya Para Sahabat

Ilustrasi sahabat Mu’adz bin Jabal. (Foto: Net)

Kemudian pada lain waktu beliau bertanya: “Tahukah kalian apa yang dimaksud al-Umah dalam ayat? Yaitu orang yang mengajari manusia kebaikan. Adapun makna al-Qonit adalah seseorang yang mentaati Allah dan RasulNya”.  (HR. al Hakim 3/104 no: 3418)

Mu’adz bin Jabal, beliau merupakan fuqahanya para sahabat, sebagaimana yang diterangkan dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh al Hakim dari Ali bin Rabah, beliau menceritakan: “Pada suatu hari Umar pernah berkhutbah dihadapan manusia, isinya beliau mengatakan: “Barangsiapa yang ingin bertanya tentang halal dan haram, maka hendaknya mendatangi Mu’adz bin Jabal”. (HR. Al Hakim 4/308 no: 5236. Di nilai shahih oleh al-Hafidh Ibnu Hajar dalam al-Fath 7/126)

Baca Juga:  Perang Uhud, Dendam Kaum Kafir Pada Kekalahan Badar (2)

Salah satu keutamaan beliau juga adalah menjadi sahabat yang dicintai oleh Nabi shalallahu alaihi wasallam. Seperti yang dijelaskan pada sebuah riwayat, dari Mu’adz sendiri yang mana beliau menceritakan bahwa Nabi shalallahu alaihi wasallam pernah mengandeng tangannya lalu bersabda:

“Wahai Mu’adz, demi Allah aku mencintaimu, demi Allah aku mencintaimu”. Lalu berpesan: “Aku wasiatkan untukmu wahai Mu’adz supaya tidak pernah meninggalkan tiap kali selesai sholat untuk berdo’a: “Ya Allah, berilah aku pertolongan untuk selalu mengingatMu, bersyukur serta baik dalam beribadah“. (HR. Abu Dawud no: 1522)

Baca Juga:  Akhir Tragis Kakak yang Dengki, Hingga Buta Matanya!

Hari pun berlalu, berganti tahun, sehingga semakin dekat waktu untuk berpisah dengan orang-orang yang dicintainya, sungguh betapa sulit untuk menghadapinya. Disebutkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu anhu, beliau mengatakan: “Tatkala Rasulallah shalallahu alaihi wasallam mengutus dirinya ke Yaman, dirinya keluar bersama Rasulallah sembari memberi wasiat padanya.

Dan Mu’adz pada saat itu naik kendaraan sedangkan Rasulallah berjalan menuntun kendaraanya, manakala telah tiba waktunya, beliau berpesan: