
Sesaat setelah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tiba di Madinah, beliau memerintahkan Zaid bin Haritsah untuk menjemput istri dan anak-anak beliau di Mekah. Di antara mereka yang dijemput adalah Ummu Kultsum.
Di Madinah, pada bulan Rabiul Awal tahun 3 H, Ummu Kultsum dinikahi oleh seorang sahabat yang mulia, Utsman bin Affan. Pernikahan itu berlangsung setelah saudarainya, Ruqayyah, yang juga merupakan istri Utsman, wafat.
Dari Abdullah bin Abbas radhiallahu anhuma, dari Ummu Kultsum, ia berkata, “Wahai Rasulullah, lebih utama mana antara suamiku dengan suami Fatimah”? Nabi terdiam. Kemudian berkata, “Suamimu termasuk di antara orang-orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya dan dicintai Allah dan Rasul-Nya.”
Ummu Kultsum lalu berpaling. Nabi berkata padanya, “Apa yang aku katakan tadi”? Ummu Kultsum mengulangi, “Suamiku termasuk di antara orang-orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya dan dicintai Allah dan Rasul-Nya.” Rasululah bersabda, “Iya. Aku tambahkan, engkau akan masuk surga dan engkau melihat kedudukannya. Tidak seorang pun dari sahabatku yang kedudukannya lebih tinggi darinya.”
Setelah Ruqayyah binti Rasulullah wafat, Utsman menikahi Ummu Kultsum yang masih gadis. Pernikahan itu terjadi di bulan Rabiul Awal tahun 3 H.
Diriwayatkan dari Said bin Al Musayyib, setelah Ruqayyah wafat, Rasulullah melihat Utsman dalam keadaan sedih. Beliau berkata, “Kulihat engkau bersedih, ada apa”? Utsman menjawab, “Apakah ada orang yang mengalami seperti yang kualami. Istriku, putri Rasulullah, wafat. Rasanya punggungku terpotong. Terputuslah hubungan kekerabatan antara aku dan Anda.”