
Bukan hanya di Indonesia, di negara-negara barat yang sistem demokrasinya bisa dibilang lebih dewasa pun, yang sudah mapan pun ada narasi-narasi agama di dalam menentukan pilihan politik mereka.
Untuk itu, kemampuan agama untuk memasarkan produk politik kandidat memiliki daya tarik. Sebagai contoh, daya tarik bagi muslim sehingga politikus yang melakukan kontestasi merasa perlu untuk menggunakan simbol-simbol keislaman.
Bahkan mereka yang tidak menjadi bagian dari agama Islam pun berusaha menonjolkan sisi-sisi ataupun atribut-atribut kultural, seperti yang digunakan oleh Muslim.
Walaupun mereka tidak berharap mendapatkan dukungan politik bagi muslim. Tapi setidaknya hal itu mengurangi resistensi atau penolakan dari muslim terhadap pencalonan mereka.(BRIN)