
Kedua, Mengetahui bahwa dunia adalah tempat ujian dan bencana, sehingga tidak bisa diharapkan kesenangan yang kekal darinya.
Dengan demikian, semua musibah itu telah ditetapkan oleh Allah Yang Maha Bijaksana. Bukan terjadi secara kebetulan atau gejala alam saja, sebagaimana anggapan orang-orang yang tidak beriman!. Dan bukan terjadi dengan sia-sia tanpa hikmah.
Ketiga, Mengetahui bahwa keluh-kesah adalah musibah kedua yang menimpa hamba.
Musibah kemungkinan untuk menghentikan suatu kerusakan, atau hukuman suatu dosa, atau sebab untuk meraih pahala.
Keempat, Hendaklah membandingkan dan membayangkan jika musibah yang terjadi lebih besar dari yang ada, seperti membayangkan kehilangan dua anak, saat kehilangan satu anak, dan seterusnya. Demikian musibah yang ada akan terasa lebih ringan.
Kelima, Hendaklah meneladani sikap orang shalih lain yang mengalami musibah serupa. Karena meneladani orang lain itu akan membawa kepada ketenangan yang besar.
Keenam, Hendaklah membandingkan keadaan orang lain yang mendapatkan musibah yang lebih besar darinya, sehingga hal itu akan meringankannya.
Ketujuh, Mengharap ganti, jika memang musibah itu mengenai sesuatu yang mungkin untuk mendapatkan ganti, seperti kehilangan anak atau istri.