
Kedelapan, Mengharapkan pahala dengan cara bersabar. Seyogyanya orang yang terkena musibah memahami nilai kesabaran, pahala orang yang bersabar dan kisah kesabaran mereka. Jika bisa meningkat kepada sikap ridha, maka itu adalah puncak keutamaan.
Kesembilan, Hendaklah seorang Mukmin mengetahui bahwa takdir Allah Azza wa Jalla itu paling baik untuknya.
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam telah memberitakan tentang keadaan orang Mukmin yang mengherankan, yaitu karena semua urusannya baik baginya.
عَعَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh mengherankan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya semua urusan orang mukmin itu baik, dan hal itu tidaklah terjadi kecuali bagi orang mukmin. Jika kesenangan mengenainya, dia bersyukur, maka syukur itu baik baginya. Dan jika kesusahan mengenainya, dia bersabar, maka sabar itu baik baginya“. (HR. Muslim: 2999)
Kesepuluh, Memahami bahwa ujian yang berat itu dikhususkan oleh Allah Azza wa Jalla bagi orang-orang pilihan.
Abu Sa’id al Khudri Radhiyallahu anhu pernah bertanya kepada Nabi Shallalahu alaihi wasallam:
“Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berat musibahnya?”. Beliau menjawab: Para Nabi, kemudian orang-orang shalih. (HR. Bukhari dalam Al Adabul Mufrad).
Dunia adalah tempat ujian dan cobaan, maka seharusnya seseorang tidak mengingkari terjadinya bencana dan kesusahan. Sungguh, semua kesenangan di dunia ini seperti fatamorgana.
Bangunan-bangunan megahnya akan roboh dan sirna, orang-orang yang datang dengan menyenangkan akan pergi semua. Seluruh makhluk akan menghadap Penciptanya.(*)
Bersambung…