
Seseorang yang berbuat ikhlas akan senantiasa takut pada riya. Oleh karena itu ia akan bersungguh-sungguh melawan tipu daya manusia dan memalingkan padangan mereka agar tidak memperhatikan amal-amal shalihnya.
Dia akan berupaya keras meyembunyikan amalnya, dengan harapan, supaya ikhlas amalnya, dan agar Allah membalas pada hari Kiamat dengan keikhlasannya. Memang pada awalnya berat, tetapi jika sabar, Allah pasti akan menolongnya.
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda;
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِيَّ الْغَنِيَّ الْخَفِيَّ
“Sesungguhnya Allah mencintai hambaNya yang takwa, yang selalu merasa cukup dan yang merahasiakan (ibadahnya)”. (HR Muslim, no. 2965)
Selain itu, banyak orang yang celakankarena takut celaan manusia, senang dipuji, hingga tindak- tanduknya menuruti keridhaan manusia, mengharapkan pujian dan takut terhadap celaan mereka.
Padahal yang seharusnya diperhatikan adalah, hendaknya kita bergembira dengan keutamaan dan rahmat dari Allah, bukan dengan pujian manusia.
Demikian pula kita harus melihat orang yang mencela dan memfitnah kita. Apabila ia benar dan memang untuk menasihati kita, maka kita tidak perlu marah. Karena dia telah menunjuki aib kita dan mengingatkan kita dari kesalahan-kesalahan yang kita lakukan.(*)
Bersambung…








