
Rasulullah Shallallahu aalaihi wasallam bersabda;
الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ، قَالُوْا: لِمَنْ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: ِللهِ، وَلِكِتَابِهِ، وَلِرَسُوْلِهِ، وَِلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ أَوْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ، وَعَامَّتِهِمْ
“Agama adalah nasehat”. Seseorang bertanya kepada beliau; “Nasehat kepada siapa ya Rasulullah?”. Beliau jawab; “Kepada Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, pemimpin kaum muslimin dan kaum muslimin lainnya”. (HR. Muslim, kitab Al Iman: 55)
Rasulullah Shallallahu aalaihi wasallam juga bersabda;
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ
“Siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran, maka hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, jika tidak bisa maka dengan lisannya, dan jika tidak bisa juga maka dengan hatinya, itulah selemah-lemahnya iman”. (HR. Muslim, kitab Al Iman: 49)
Ketika seorang muslim menasehati dan mengarahkan orang lain kepada kebaikan, namun malah semakin menampakkan kemaksiatan, maka hendaknya menjauhinya dan tidak lagi bergaul dengannya.
Jika penjauhan yang dilakukan itu malah semakin memperburuk dan menjalin hubungan dengannya itu lebih bermanfaat baginya untuk agamanya, maka jangan dijauhi, karena penjauhan ini dimaksudkan sebagai terapi obatnya.
Tapi jika hali itu tidak berguna dan malah semakin memperparah penyakitnya, maka hendaknya melakukan hal yang lebih maslahat, yaitu tetap berhubungan dengannya dan terus menerus menasehatinya, mengajaknya kepada kebaikan dan mencegahnya dari keburukan, tapi tidak menjadikannya sebagai kawan atau teman dekat.
Kemudian, hendaknya mendorong dan meminta orang lain yang lebih berpengaruh dan lebih dihormati oleh orang tersebut, untuk turut menasehatinya dan mengajaknya ke jalan Allah.(*)