
Mashal diusir dari Yordania dan akhirnya memilih tinggal di Qatar. Pada 2001, dia pindah ke Damaskus, Suriah. Pada Februari 2012, saat Perang Saudara Suriah meletus, Mashal meninggalkan negara tersebut dan kembali ke Qatar. Hamas menjauhkan diri dari rezim pemerintahan Suriah dan menutup kantor-kantornya di Damaskus.
Pada Desember 2012, setelah terjadinya Operasi Pilar Pertahanan dan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, Mashal mengumumkan bahwa dia akan mengunjungi Gaza, setelah 37 tahun pengasingan.
Mashal tiba di Jalur Gaza untuk pertama kalinya pada tanggal 7 Desember 2012. Dia menegaskan penolakan gerakannya untuk melepaskan setiap bagian dari Palestina, menyatakan “Palestina dari sungai ke laut, dari utara ke selatan, adalah tanah kami dan kami tidak akan pernah menyerah satu inci pun”.
Namun, ia juga memberikan dukungan pada inisiatif sukses Presiden Palestina Mahmoud Abbas untuk pengakuan internasional terhadap Negara Palestina di PBB, menambahkan keyakinannya bahwa diplomasi membantu perjuangan Palestina, tetapi diperlukan dalam hubungannya dengan “perlawanan”.
Pada akhir kunjungannya Mashal menekankan bahwa rekonsiliasi Palestina adalah penting, yang menyatakan bahwa “Gaza dan Tepi Barat adalah dua bagian dari tanah air Palestina”.(*)








