Moeslim.id | Pada asalnya, shalat berjamaah boleh diadakan di semua tempat yang suci, dan di laksanakan dengan beberapa orang yang dikumandangkan adzan di tempat tersebut.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam;
وَجُعِلَتْ لِي الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا فَأَيُّمَا رَجُلٍ مِنْ أُمَّتِي أَدْرَكَتْهُ الصَّلَاةُ فَلْيُصَلِّ
“Dan dijadikan untukku bumi ini sebagai masjid dan alat bersuci. Dimana saja seorang dari umatku mendapatkan shalat, maka shalatlah (disitu)”. (Muttafaqun alaihi)
Namun bila mendengar adzan dari masjid terdekat, maka diwajibkan melaksanakan shalat berjama’ah di masjid tersebut, dengan dasar hadits Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam;
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ أَعْمَى فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ لَيْسَ لِي قَائِدٌ يَقُودُنِي إِلَى الْمَسْجِدِ فَسَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُرَخِّصَ لَهُ فَيُصَلِّيَ فِي بَيْتِهِ فَرَخَّصَ لَهُ فَلَمَّا وَلَّى دَعَاهُ فَقَالَ هَلْ تَسْمَعُ النِّدَاءَ بِالصَّلَاةِ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَأَجِبْ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata bahwa seorang buta mendatangi Nabi Shallallahu alaihi wasallam dan berkatal; “Wahai Rasulullah. Sesungguhnya tidak ada yang membimbingku ke masjid”, lalu ia meminta keringanan kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasalllam agar diperbolehkan shalat di rumahnya. Maka Rasulullah mengizinkannya.
Tatkala ia pergi, beliau memanggilnya kembali dan bertanya kepadanya; “Apakah engkau mendengar adzan shalat?”. Ia menjawab; “Ya”, lantas beliau berkata; “Maka datangilah!”. (HR Muslim)