Sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan memiliki berbagai keutamaan besar dan keistimewaan yang sangat banyak, di antaranya bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam pada sepuluh hari itu menggiatkan ketaatan dan ibadah, suatu hal yang tidak beliau Shallallahu alaihi wasallam lakukan pada hari-hari lainnya.
Beliau juga mengencangkan ikatan kainnya, kemudian membangunkan keluarganya di malam hari dan beliau biasa beri’tikaf pada hari-hari tersebut.
Sebagaimana disebutkan dalam riwayat dari Aisyah radhiallahu anha:
أَنَّ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ
“Nabi shallallahu alaihi wasallam beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan hingga Allah mewafatkan beliau, kemudian para istri beliau (juga) beri’tikaf sepeninggal beliau”. (HR. Bukhari: III/42)
Kebiasaan i’tikaf Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam kemudian tetap diterus-kan (diamalkan) oleh istri-istri beliau setelah beliau wafat.(yhd)