Menyelesaikan Perselisihan Antara Suami Istri Sesuai Syariat Islam

Menyelesaikan perselisihan antara suami istri.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَالّٰتِيْ تَخَافُوْنَ نُشُوْزَهُنَّ فَعِظُوْهُنَّ وَاهْجُرُوْهُنَّ فِى الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوْهُنَّ ۚ فَاِنْ اَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوْا عَلَيْهِنَّ سَبِيْلًا  

“Dan wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Tinggi lagi Maha besar.” (QS. An Nisa: 34)

Penyelesain masalah adalah dengan memberi nasehat, pengarahan, menjelaskan kesalahan, mengingatkan hak-hak yang seharusnya ditunaikannya, menakut-nakutinya terhadap kemarahan dan kebencian Allah Subhanahu wa Ta’ala  kepada nya, dengan menggunakan kepala dingin dan kesabaran dalam bentuk targhib maupun tarhib.

Baca Juga:  Menengok Keberadaan Kaum Muslim di Yunani

Kadang menghajr (mendiamkan) di ranjang dan menahan diri (dari hubungan suami istri) adalah cara untuk menghadapi perbuatan sombong dan nusyuz. Yang dimaksud adalah menghajr dalam satu ranjang bukan dengan pisah ranjang, dan bukan menghajr dalam rumah, dan hajr ini tidak boleh dilakukan dihadapan keluarga, atau anak-anak, atau orang lain.

Hal ini dimaksudkan untuk membenahi atau menyelesaikan permasalahan yang muncul, bukan untuk menyebarkan permasalahan, atau menghina, atau menyingkap kejelekan dan rahasia, akan tetapi sebagai imbalan sikap nuzyuz dan sombong adalah dengan hajr (didiamkan) dan menahan diri (dari hubungan suami istri) yang menggiring kepada sikap solidaritas dan persamaan.

Baca Juga:  Kewajiban-Kewajiban Kita Terhadap Al Quran, Apa Saja Itu?

Penyelesaian masalah terkadang perlu sikap keras dan kasar. Ada sebagian orang yang pergaulan baik dan nasehat yang halus tidak berguna dalam meluruskan mereka.  Sesungguhnya mereka adalah jenis orang yang bersikap lembut dan santun membuat mereka sombong.

Ya, terkadang sikap sedikit keras bisa merupakan obat yang manjur, dan kenapa tidak melakukan hal itu, padahal sudah terjadi pengingkaran terhadap tugas dan keluar dari kebiasan?.