Ibadah Haji Jaman Dulu, Butuh 6 Bulan Untuk Sampai ke Mekah

MOESLIM.ID | Haji adalah ziarah Islam tahunan ke Mekkah, kota suci umat Islam, dan kewajiban wajib bagi umat Islam yang harus dilakukan setidaknya sekali seumur hidup mereka oleh semua orang Muslim dewasa yang secara fisik dan finansial mampu melakukan perjalanan, dan dapat mendukung keluarga mereka selama ketidakhadiran mereka.

Saat musim haji tiba, jutaan manusia berbondong-bondong pergi ke Makkah untuk menjalankan rukun Islam yang ke lima ini. Khususnya di Indonesia, setiap tahunnya tak pernah absen terkait keberangkatan jemaah haji ke Tanah Suci.

Pada zaman dulu, para jemaah haji menggunakan moda transportasi kapal laut untuk mencapai Makkah. Jemaah harus menempuh perjalanan selama 6 bulan untuk mencapai Makkah. Maka tak heran jika banyak jemaah yang sakit atau bahkan meninggal dunia karena lamanya perjalanan haji via laut tersebut.

Baca Juga:  Indonesia Capai Rekor Haji-Umrah Terbanyak di 2024

Saat melakukan perjalanan haji, berbagai macam hambatan juga sering mereka temui, seperti gangguan cuaca badai hingga kondisi fisik jamaah yang tidak dapat bertahan.

Oleh karena itu, berhaji pada zaman dahulu merupakan ibadah istimewa karena disertai perjuangan dengan perjalanan yang sangat panjang dan melelahkan. Sebuah perjalanan antara hidup dan mati.

Saat Indonesia mulai dijajah Belanda, jumlah jemaah haji semakin bertambah. Pemerintah Hindia-Belanda pun ikut serta memberangkatkan jemaah haji ke Tanah Suci.

Baca Juga:  Rukun-Rukun Ibadah Haji yang Harus Dipenuhi

Namun saat itu Pemerintah Hindia-Belanda mengurangi jumlah kuota calon jemaah haji sebab mereka khawatir akan muncul pemberontakan. Ketika jemaah haji Indonesia berada di Makkah maka mereka akan menyadari bahwa semua manusia di hadapan Allah SWT itu sama, tidak ada lagi perbedaan warna kulit, kasta hingga jabatan.

Hal ini bisa membuat jemaah haji menyadari kalau semua manusia derajatnya sama di muka bumi. Artinya penjajah Belanda tak memiliki derajat lebih tinggi dari rakyat Indonesia. Kesadaran ini bisa menimbulkan pemberontakan terhadap Pemerintah Hindia-Belanda.

Baca Juga:  Tiga Maskapai Layani Umrah Dari Kualanamu-Madinah dan Jeddah

Selain itu, Belanda khawatir akan dampak politis dari ibadah haji. Sebab kepulangan orang yang telah melaksanakan haji akan mudah diterima, yakni sebagai orang suci khususnya di Jawa dan akan lebih didengarkan oleh penduduk awam.

Puluhan ribu jemaah pun diberangkatkan dengan menggunakan kapal-kapal besar. Waktu yang dibutuhkan agar sampai ke Makkah itu berbulan-bulan.

Orang-orang yang menunaikan ibadah haji dari Indonesia memang rata-rata adalah tokoh masyarakat. Setelah pulang berhaji, mereka ditakutkan justru memberikan perubahan di lingkungan sekitar dan akhirnya membahayakan Pemerintah Hindia-Belanda.(bbs)